Banyak yang percaya, jodoh di tangan Tuhan. Tetapi, ada juga yang meyakini bahwa mendapatkan jodoh ibarat sebuah kebetulan yang menyenangkan. Nah, pada zaman di mana teknologi makin modern, internet dengan segala kecanggihan memberi kemungkinan tak terbatas untuk menemukan kebetulan tersebut, belakangan ini mak comblang di dunia maya melahirkan jasa layanan dating service. Konsep yang ditawarkan umumnya adalah online dating, professional dating, dan single club. Dari mulai yang gratisan, sampai yang harus membayar mahal, dilakoni untuk mendapatkan jodoh.
Jasa online dating, umumnya lewat situs internet seperti match.com, shaadi.com, perfectmatch.com, hingga jodohonline.com. Pencarian lewat internet ini dinilai wajar di tengah masyarakat yang semakin individualis.
"Saya bekerja dari pukul delapan pagi hingga enam sore, dan baru tiba di rumah pukul delapan malam. Saya sudah terlalu lelah dan tidak punya banyak waktu bersosialisasi, karena besok sudah harus bekerja lagi. Sementara di akhir pekan, waktu saya tersita untuk menemani ibu belanja, mendengarkan curhat teman, kursus bahasa untuk menambah kompetensi, dan sebagainya. Alternatif pilihan yang paling fleksibel adalah via internet. Di sana saya lebih leluasa bersosialisasi sehingga kesempatan menemukan jodoh lebih besar," ungkap Shinta, karyawati perusahaan agensi periklanan.
Fenomena seperti itu ditangkap sebagai peluang oleh pengelola jasa perjodohan. Tia J Smith, misalnya, yang membuka jasa dating service bernama rendevu.inc. Dia mengaku tertarik membuka usaha di bidang dating service karena melihat fenomena menikah bukanlah prioritas utama lagi bagi kebanyakan orang di usia 20-25 tahun.
"Mereka lebih mementingkan karier. Saat usia 25 tahun ke atas, sukses telah di genggaman, mereka pun lebih selektif memilih pasangan. Dan pada fase ini, ruang lingkup sosial mereka juga telah mengerucut. Semakin sedikit teman yang masih single, waktu kebanyakan dihabiskan di tempat kerja, dan akhirnya saat mereka sadar harus berumah tangga, mencari pasangan yang ideal menjadi sulit. Inilah realitas yang terjadi saat ini, yang menjadikan saya tertarik membuka dating service exclusive seperti ini," ungkapnya kepada SP. Klien Tia yang disebutnya member, umumnya berusia 28 hingga 40 tahun, dan dari kalangan profesional dan eksekutif muda.
Umumnya, dating service menawarkan kencan buta. Bagi yang tertarik, cukup mendaftarkan diri, menyebut identitas lengkap, termasuk lokasi dan waktu luang untuk kencan buta. Selanjutnya, situs tersebut akan memprosesnya. Jika sudah menemukan pasangan yang nilainya pas, jadwal kencan buta pun akan diatur. Hanya saja, kencan lewat online ini juga punya "jebakan" seperti soal usia, berat badan, jenis rambut, dan status perkawinan.
Untuk memberi jaminan keamanan, rendevu.inc yang beroperasi di Jakarta dan Bandung, selain membuka keanggotaan lewat situs www.rendevu-inch.com, juga mengecek ulang data personal yang diberikan kliennya. "Bila sudah bercerai, kami juga meminta foto kopi akta cerainya," ujar Tia.
Untuk menjamin kesuksesan, rendevu menyiapkan dating consultant bagi anggotanya, sehingga masing-masing dapat menunjukkan kriteria pasangan yang mereka harapkan. "Proses match maker tidak hanya berdasarkan data, tetapi menggunakan berbagai dimensi, dari mulai penampilan, personality, hingga background," Tia menambahkan.
Maju Mundur
Pencarian jodoh lewat jasa layanan ini pada kenyataannya cukup berhasil mempertemukan banyak pasangan. Contohnya Indah dan Andi (bukan nama sebenarnya, Red) yang menikah Februari 2008. "Saya memutuskan ikut rendevu, saat usia saya memasuki 30 tahun. Saat itu dapat forward SMS dari teman tentang rendevu. Setelah pikir-pikir, saya bikin janji untuk ketemu dengan salah satu dating consultant-nya. Dan ini yang membuat saya yakin untuk menyerahkan 'pencarian' ini pada rendevu," ujar Indah.
Demikian juga dengan pasangan Nina yang baru bertunangan dengan Heru (juga bukan nama sebenarnya, Red) Juni kemarin. "Pertama mau join, saya maju mundur. Dalam hati, apa benar nih saya harus mencari pasangan dari dating service, masa enggak bisa cari sendiri? Tapi pertanyaannya, cari ke mana? Sehari-hari saya cuma di kantor. Teman-teman kantor tidak ada yang menarik buat saya. Tidak ada yang sesuai dengan kriteria saya untuk seorang istri. Yah, akhirnya saya putuskan ikut rendevu, nothing to loose. Nggak taunya, baru pertama bertemu Nina, langsung cocok," kata Heru.
Pada kenyataannya, tidak semua yang mengikuti program ini pasti menemukan jodohnya. "Kami adalah dating service, bukan human factory yang mampu menciptakan pasangan-pasangan ideal untuk mereka. Hal seperti ini merupakan salah satu hal yang harus mereka pahami sebelum join menjadi member," Tia menjelaskan.
Indah dan Andi, sama-sama mengaku tidak langsung berjodoh. "Saya dipertemukan dengan beberapa orang. Ada yang pas dengan kriteria saya, tapi tidak ada chemistry-nya. Baru pada pertemuan kelima, saya merasa 'wah, kayaknya oke nih'. Dan, ternyata begitu juga dengan dia, akhirnya dia ngedeketin saya, dan kita jadian deh. Nggak lama, kami memutuskan menikah," ujar Indah.
Sesungguhnya, konsep perjodohan dengan menggunakan jasa orang lain sudah berlaku sejak zaman dahulu. Bahkan sampai sekarang, di kalangan masyarakat Betawi dikenal istilah ngedelengin, yaitu masa pendekatan dan penelaahan terhadap seorang gadis sebelum menikah. Tugas ngedelengin itu dipercayakan kepada orang ketiga yang disebut mak comblang.
"Memang, sebagian masyarakat masih menganggap jodoh itu pasti datang sendiri, tidak perlu mencari-cari sampai lewat biro iklan segala. Tetapi, yang terpenting sebenarnya bukan pada cara pencariannya, melainkan proses seleksi pasangan. Bagaimana menyikapi setelah perkenalan itu," ucap Tia lagi.
Kini, jasa mak comblang tetapi diminati, meski telah berubah wujud. Di media massa, contohnya rubrik kontak jodoh di harian Kompas sudah ada sejak 1978 dan tetap ramai peminat sampai sekarang. Televisi pun ikut menjadikan "pencarian jodoh" sebagai lahan. SCTV, misalnya, punya program reality show berjudul Kontak Jodoh (setiap Sabtu) dan Mak Comblang (setiap Kamis) sejak dua tahun lalu hingga kini.
Kata orang sudah jodoh, pasti tidak akan ke mana-mana. Masalahnya, jika jodoh tak kunjung datang, masihkah Anda hanya diam melanjutkan penantian sambil terus bermimpi ?
Sumber : Suara Pembaruan/VM